Apakah industri game developer Indonesia masih
cerah? Pertanyaan ini sering terlempar dari kalangan mahasiswa yang tertarik di
industri ini dan juga developer yang sudah menjalaninya.
Banyak hal yang berubah cepat dari
model bisnis yang membuat game developer Indonesia (termasuk studio saya, ArtLogic Games)
yang sudah terlena seperti model bisnis licensing/sponsorship,
dan deal-deal eksklusif porting game di platform tertentu
dimana developer akan mendapatkan sejumlah upfront money menuju open
market dimana developer dituntut menjual gamenya langsung ke player.
Apakah salah dengan model bisnis tersebut? Tidak sama sekali, tetapi hal
tersebut akan menumpulkan esensi sesungguhnya sebuah game developer. Apakah
itu? Kita mendesain game, merilis dan mendapatkan uang melalui pemain kita
terlepas dari platform (mobile, PC, web) dan jenisnya (paid/freemium).
Coba
tilik dan lihat sendiri berapa banyak game developer Indonesia yang berhasil
menjual langsung game mereka ke pemain dan bisa dibilang sukses. Hanya beberapa
gelintir, sebut saja seperti Digital Happiness dengan DreadOut, Toge
Productions dengan Infectonator: Survivors dan Infectonator di mobile
platform, Alegrium dengan Icon Pop Quiz, dan Menara Games dengan Ninja
Fishing-nya. Mereka ini adalah contoh dari segelintir game developer Indonesia
yang telah berhasil mendapatkan revenue dari player mereka
langsung. Studio saya sendiri sangat terlena dengan zaman keemasan model licensing/sponsorship dengan IP Epic
War 1-5 . Tetapi perlahan kami mampu beradaptasi dan menjual in-app
purchase langsung ke player kami lewat game Epic War
Legends dan Epic War Saga dimana hasilnya cukup lumayan untuk menopang
kehidupan studio kami.
Disini
saya mau mencoba mengajak semua teman-teman developer untuk lebih mempunyai
mental yang kuat. Kita tidak perlu menunggu kebijakan pemerintahan yang pro-dev atau
misalnya kita sangat tergantung dari pihak-pihak yang bisa menopang kita seperti Venture
Capital, partnership dan funding. Funding disini
memang bukan model bisnis tetapi banyak dari kita menjadikan funding sebagai
model bisnis, dimana ketika kita mendapatkan funding untuk
membuat sebuah game, kita tidak terlalu memikirkan bagaimana game kita akan
menghasilkan revenue sehingga partner kita
tidak rugi dan bisa menutup biaya funding tersebut.
Be
creative, jika kalian mengalami krisis cashflow di
studio kalian, buka celah baru misalnya menerima kerjaan outsource,
atau untuk sementara kita mencari alternatif pendanaan. Tidak
menjadi masalah jika kita masih menjalani hal-hal tersebut, atau kita
masih mengandalkan bisnis model licensing, funding dan
lain-lain . Tetapi untuk long term 2-3 tahun, kita harus
mempunyai gambaran. Dari developer yang sukses tadi, mereka mempunyai IP yang
kuat untuk bisa menopang cashflow dan sanggup survivesampai
saat ini.
Saya
sendiri mempunyai impian untuk menelurkan IP selain Epic War. Memang sangat
susah bagi studio untuk mengalami masa transisi dari model bisnis licensing,
funding, event reward dan semacamnya, menjadi sekarang dituntut untuk
menghasilkan sebuah produk yang langsung menyasar ke konsumen/pemain.
Akan tetapi saat krisis itu terlampaui, kita akan memiliki sebuah pengalaman
dan skill yang lebih terasah. Di saat yang tepat jika
kesempatan emas datang kita akan memiliki semua yang dibutuhkan.
Indonesia
sudah menjadi sasaran publisher-publisher mobile besar.
Gamevil/Com2us sudah membuka kantor cabang di Indonesia dan saya menemukan
halaman Facebook salah satu game mereka sudah dilokalisasi ke dalam bahasa
Indonesia. Melihat ini, saya sendiri merasa ngeri sekaligus senang. Jangan
sampai kita, game developer Indonesia hanya jago dalam membuat game kelas event/award atau
game partnership/orderan. Fase menjadi game developer yang “disapih
” harus cepat dihilangkan dan kita bertransformasi menjadi game developer yang
profesional dimana kita bisa melakukan analisa pasar, memproduksi game dan
mendistribusikan game kita baik di pasar lokal maupun internasional.
Fondasi industri game developer di Indonesia seperti edukasi, profesional, dan
komunitas sudah berjalan. Saya yakin jika kita bisa memanfaatkan semuanya itu
dan menghasilkan produk yang mendunia, pemerintahan kita bakal “melek” dan
memberikan dukungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar