TUGAS
PENGANTAR KOMPUTASI MODERN
“RANGKUMAN
TENTANG BIOINFORMATIKA”
Nama : Abiyoso Wahyu Rahardjo Putro
NPM : 50416037
Kelas : 4IA18
Tugas Ke- : 4
Tanggal : 04 Juli 2020
Nama Dosen :
Rina Noviana
Jumlah Lembar :
10 + 1 Cover
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2020
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bioinformatika
Bidang
keilmuan bioinformatika (slide kuliah bioinformatika Universitas Indonesia)
Bioinformatika, sesuai dengan
asal katanya yaitu “bio” dan “informatika”, adalah gabungan antara ilmu biologi
dan ilmu teknik informasi (TI). Pada umumnya, Bioinformatika didefenisikan
sebagai aplikasi dari alat komputasi dan analisa untuk menangkap dan
menginterpretasikan data-data biologi. Ilmu ini merupakan ilmu baru yang yang
merangkup berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu komputer, matematika dan fisika,
biologi, dan ilmu kedokteran, dimana kesemuanya saling menunjang dan saling
bermanfaat satu sama lainnya.
Istilah bioinformatics mulai
dikemukakan pada pertengahan era 1980-an untuk mengacu pada penerapan komputer
dalam biologi. Namun demikian, penerapan bidang-bidang dalam bioinformatika
(seperti pembuatan basis data dan pengembangan algoritma untuk analisis sekuens
biologis) sudah dilakukan sejak tahun 1960-an.
Ilmu bioinformatika lahir atas
insiatif para ahli ilmu komputer berdasarkan artificial intelligence. Mereka
berpikir bahwa semua gejala yang ada di alam ini bisa diuat secara artificial
melalui simulasi dari gejala-gejala tersebut. Untuk mewujudkan hal ini
diperlukan data-data yang yang menjadi kunci penentu tindak-tanduk gejala alam
tersebut, yaitu gen yang meliputi DNA atau RNA. Bioinformatika ini penting
untuk manajemen data-data dari dunia biologi dan kedokteran modern. Perangkat
utama Bioinformatika adalah program software dan didukung oleh kesediaan
internet
Bioinformaika adalah suatu ilmu
atau metode mengumpulkan, dan menganalisa data biologi yang bersifat kompleks
seperti data DNA, RNA, dan protein, menggunakan pendekatan komputasi.
Bioinformatika melibatkan bidang ilmu komputer, matematika, dan statistik dalam
memproses informasi yang masif dan sulit untuk dianalisa secara manual. Bidang
ini berkembang seiring dengan penambahan data biologi yang terus bertambah
secara cepat, terutama di awal tahun 2000-an ketika peneliti berhasil
mengumpulkan genome manusia.
Cabang-cabang yang
Terkait dengan Bioinformatika
1. Biophysics
Biologi molekul sendiri
merupakan pengembangan yang lahir dari biophysics. Biophysics adalah sebuah
bidang interdisipliner yang mengaplikasikan teknik-teknik dari ilmu Fisika
untuk memahami struktur dan fungsi biologi (British Biophysical Society).
Sesuai dengan definisi di
atas, bidang ini merupakan suatu bidang yang luas. Namun secara langsung
disiplin ilmu ini terkait dengan Bioinformatika karena penggunaan teknik-teknik dari ilmu Fisika
untuk memahami struktur membutuhkan penggunaan TI.
2.
Computational
Biology
Computational biology
merupakan bagian dari Bioinformatika (dalam arti yang paling luas) yang paling
dekat dengan bidang Biologi umum klasik. Fokus dari computational biology
adalah gerak evolusi, populasi, dan biologi teoritis daripada biomedis dalam
molekul dan sel. Tak dapat dielakkan bahwa Biologi Molekul cukup penting dalam
computational biology, namun itu bukanlah inti dari disiplin ilmu ini. Pada
penerapan computational biology, model-model statistika untuk fenomena biologi
lebih disukai dipakai dibandingkan dengan model sebenarnya. Dalam beberapa hal cara tersebut
cukup baik mengingat pada kasus tertentu eksperimen langsung pada fenomena
biologi cukup sulit.
Tidak semua dari
computational biology merupakan Bioinformatika, seperti contohnya Model
Matematika bukan merupakan Bioinformatika, bahkan meskipun dikaitkan dengan
masalah biologi.
3. Medical Informatics
Menurut Aamir Zakaria
[ZAKARIA2004] Pengertian dari medical informatics adalah "sebuah disiplin
ilmu yang baru yang didefinisikan sebagai pembelajaran, penemuan, dan
implementasi dari struktur dan algoritma untuk
meningkatkan komunikasi,
pengertian dan manajemen informasi medis."
Medical informatics lebih
memperhatikan struktur dan algoritma untuk
pengolahan data medis, dibandingkan dengan data itu sendiri. Disiplin
ilmu ini, untuk alasan praktis, kemungkinan besar berkaitan dengan data-data
yang didapatkan pada level biologi yang lebih "rumit" --yaitu
informasi dari sistem-sistem superselular, tepat pada level populasi—di mana
sebagian besar dari Bioinformatika lebih memperhatikan informasi dari sistem
dan struktur biomolekul dan selular.
4.
Cheminformatics
Cheminformatics adalah
kombinasi dari sintesis kimia, penyaringan biologis, dan pendekatan data-mining
yang digunakan untuk penemuan dan pengembangan obat (Cambridge Healthech
Institute's Sixth Annual Cheminformatics conference). Pengertian disiplin ilmu
yang disebutkan di atas lebih merupakan identifikasi dari salah satu aktivitas
yang paling populer dibandingkan dengan berbagai bidang studi yang mungkin ada
di bawah bidang ini.
Salah satu contoh
penemuan obat yang paling sukses sepanjang sejarah adalah penisilin, dapat
menggambarkan cara untuk menemukan dan mengembangkan obat- obatan hingga
sekarang --meskipun terlihat aneh--. Cara untuk menemukan dan mengembangkan
obat adalah hasil dari kesempatan, observasi, dan banyak proses kimia yang
intensif dan lambat. Sampai beberapa waktu yang lalu, disain obat dianggap
harus selalu menggunakan kerja yang intensif, proses uji dan gagal (trial-error
process). Kemungkinan penggunaan TI untuk merencanakan secara cerdas dan dengan
mengotomatiskan proses-proses yang terkait dengan sintesis kimiawi dari
komponen- komponen pengobatan merupakan suatu prospek yang sangat menarik bagi ahli
kimia dan ahli biokimia.
Penghargaan untuk menghasilkan obat yang dapat dipasarkan secara lebih cepat
sangatlah besar, sehingga target inilah yang merupakan inti dari
cheminformatics.
Ruang lingkup akademis
dari cheminformatics ini sangat luas. Contoh bidang minatnya antara lain:
Synthesis Planning, Reaction and Structure
Retrieval, 3-D Structure
Retrieval, Modelling, Computational Chemistry, Visualisation Tools and
Utilities.
5.
Genomics
Genomics adalah bidang
ilmu yang ada sebelum selesainya sekuen
genom, kecuali dalam bentuk yang
paling kasar. Genomics adalah setiap usaha
untuk menganalisa atau
membandingkan seluruh komplemen genetik dari satu spesies atau lebih. Secara logis tentu saja mungkin untuk
membandingkan genom-genom dengan membandingkan kurang lebih suatu himpunan
bagian dari gen di dalam genom yang representatif.
6.
Mathematical
Biology
Mathematical biology
lebih mudah dibedakan dengan Bioinformatika daripada computational biology
dengan Bioinformatika. Mathematical biology juga menangani masalah-masalah
biologi, namun metode yang digunakan untuk menangani masalah tersebut tidak
perlu secara numerik dan tidak perlu diimplementasikan dalam software maupun
hardware. Bahkan metode yang dipakai tidak perlu "menyelesaikan"
masalah apapun; dalam mathematical biology bisa dianggap beralasan untuk
mempublikasikan sebuah hasil yang hanya menyatakan bahwa suatu masalah biologi
berada pada kelas umum tertentu.
Menurut Alex Kasman
[KASMAN2004] Secara umum mathematical biology melingkupi semua ketertarikan
teoritis yang tidak perlu merupakan sesuatu yang beralgoritma, dan tidak perlu
dalam bentuk molekul, dan tidak perlu berguna dalam menganalisis data yang
terkumpul.
7. Proteomics
Istilah proteomics
pertama kali digunakan untuk menggambarkan himpunan dari protein-protein yang
tersusun (encoded) oleh genom. Ilmu yang mempelajari proteome, yang disebut
proteomics, pada saat ini tidak hanya memperhatikan semua protein
di dalam sel yang diberikan, tetapi juga himpunan dari semua bentuk
isoform dan modifikasi dari semua protein, interaksi diantaranya, deskripsi
struktural dari protein- protein dan kompleks-kompleks orde tingkat tinggi dari
protein, dan mengenai masalah tersebut hampir semua pasca genom.
Michael J. Dunn
[DUNN2004], Pemimpin Redaksi dari Proteomics
mendefiniskan kata "proteome" sebagai: "The PROTEin
complement of the genOME". Dan
mendefinisikan proteomics berkaitan dengan: "studi kuantitatif dan
kualitatif dari ekspresi gen di level dari protein-protein fungsional itu
sendiri". Yaitu: "sebuah
antarmuka antara biokimia protein dengan biologi molekul".
Mengkarakterisasi
sebanyak puluhan ribu protein-protein yang dinyatakan dalam sebuah tipe sel
yang diberikan pada waktu tertentu --apakah untuk mengukur berat molekul atau
nilai-nilai isoelektrik protein-protein tersebut-- melibatkan tempat
penyimpanan dan perbandingan dari data yang memiliki jumlah yang sangat besar,
tak terhindarkan lagi akan memerlukan Bioinformatika.
8. Pharmacogenomics
Pharmacogenomics adalah
aplikasi dari pendekatan genomik dan teknologi pada identifikasi dari
target-target obat. Contohnya meliputi menjaring semua genom untuk penerima
yang potensial dengan menggunakan cara Bioinformatika, atau dengan menyelidiki
bentuk pola dari ekspresi gen di dalam baik patogen maupun induk selama
terjadinya infeksi, atau maupun dengan memeriksa karakteristik pola-pola
ekspresi yang ditemukan dalam tumor atau contoh dari pasien untuk kepentingan
diagnosa (kemungkinan untuk mengejar
target potensial terapi kanker).
Istilah pharmacogenomics
digunakan lebih untuk urusan yang lebih "trivial" -- tetapi dapat
diargumentasikan lebih berguna-- dari aplikasi pendekatan Bioinformatika pada
pengkatalogan dan pemrosesan informasi yang berkaitan dengan ilmu Farmasi dan
Genetika, untuk contohnya adalah pengumpulan informasi pasien dalam database.
9. Pharmacogenetics
Tiap individu mempunyai
respon yang berbeda-beda terhadap berbagai pengaruh obat; sebagian ada yang
positif, sebagian ada yang sedikit perubahan yang tampak pada kondisi mereka
dan ada juga yang mendapatkan efek samping atau reaksi alergi.
Sebagian dari reaksi-reaksi ini diketahui mempunyai dasar genetik.
Pharmacogenetics adalah bagian dari pharmacogenomics yang menggunakan metode
genomik/Bioinformatika untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan genomik,
contohnya SNP (Single Nucleotide Polymorphisms), karakteristik dari
profil respons pasien tertentu dan menggunakan informasi-informasi tersebut
untuk memberitahu administrasi dan pengembangan terapi pengobatan. Secara
menakjubkan pendekatan tersebut telah digunakan untuk "menghidupkan kembali"
obat-obatan yang sebelumnya dianggap tidak efektif, namun ternyata diketahui
manjur pada sekelompok pasien tertentu. Disiplin ilmu ini juga dapat
digunakan untuk mengoptimalkan dosis kemoterapi pada pasien-pasien tertentu.
Gambaran dari sebagian
bidang-bidang yang terkait dengan
Bioinformatika di atas
memperlihatkan bahwa Bioinformatika mempunyai ruang lingkup yang sangat luas
dan mempunyai peran yang sangat besar dalam bidangnya. Bahkan pada bidang pelayanan kesehatan Bioinformatika
menimbulkan disiplin ilmu baru yang menyebabkan peningkatan pelayanan
kesehatan.
Contoh-contoh Penggunaan
Bioinformatika
1.
Bioinformatika dalam Bidang Klinis
Bioinformatika dalam bidang klinis sering disebut
sebagai informatika klinis (clinical
informatics). Aplikasi dari informatika klinis ini berbentuk manajemen
data-data klinis dari pasien melalui Electrical
Medical Record (EMR) yang dikembangkan oleh Clement J. McDonald dari
Indiana University School of Medicine pada tahun 1972. McDonald pertama kali mengaplikasikan
EMR pada 33 orang pasien penyakit gula (diabetes). Sekarang EMR ini telah
diaplikasikan pada berbagai penyakit. Data yang disimpan meliputi data analisa
diagnosa laboratorium, hasil konsultasi dan saran, foto rontgen, ukuran detak
jantung, dan lain lain. Dengan data ini dokter akan bisa menentukan obat yang
sesuai dengan kondisi pasien tertentu dan lebih jauh lagi, dengan dibacanya
genom manusia, akan memungkinkan untuk mengetahui penyakit genetik seseorang,
sehingga penanganan terhadap pasien menjadi lebih akurat.
2.
Bioinformatika
untuk Identifikasi Agent Penyakit Baru
Bioinformatika juga menyediakan tool
yang sangat penting untuk identifikasi
agent penyakit yang belum
dikenal penyebabnya. Banyak sekali penyakit baru yang muncul dalam dekade ini,
dan diantaranya yang masih hangat adalah
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Pada awalnya, penyakit ini diperkirakan disebabkan oleh virus influenza
karena gejalanya mirip dengan gejala pengidap influenza. Akan tetapi ternyata
dugaan ini salah karena virus influenza tidak terisolasi dari pasien.
Perkirakan lain penyakit ini disebabkan oleh bakteri Candida karena bakteri ini terisolasi dari beberapa pasien. Tapi
perkiraan ini juga salah. Akhirnya ditemukan bahwa dari sebagian besar pasien
SARS terisolasi virus Corona jika
dilihat dari morfologinya. Sekuen genom virus ini kemudian dibaca dan dari
hasil analisa dikonfirmasikan bahwa penyebab SARS adalah virus Corona yang telah berubah (mutasi) dari
virus Corona yang ada selama ini.
Dalam rentetan proses ini, Bioinformatika memegang peranan penting.
Pertama pada proses pembacaan genom virus Corona.
Karena di database seperti
GenBank, EMBL (European Molecular
Biology Laboratory), dan DDBJ (DNA Data Bank of Japan) sudah tersedia data
sekuen beberapa virus Corona, yang
bisa digunakan untuk mendisain primer yang digunakan untuk amplifikasi DNA
virus SARS ini. Software untuk mendisain primer juga tersedia, baik
yang gratis maupun yang komersial. Contoh yang gratis adalah Webprimer yang disediakan oleh Stanford
Genomic Resources (http://genome-www2.stanford.edu/cgi-bin/SGD/web-primer),
GeneWalker yang disediakan oleh
Cybergene AB (http://www.cybergene.se/primerdisain/genewalker),
dan lain sebagainya. Untuk yang komersial ada Primer Disainer yang dikembangkan oleh Scientific & Education
Software, dan software-software untuk analisa DNA lainnya seperti Sequencher
(GeneCodes Corp.), SeqMan II (DNA
STAR Inc.), Genetyx (GENETYX Corp.), DNASIS (HITACHI Software), dan lain lain.
Kedua pada proses mencari kemiripan sekuen (homology alignment) virus yang didapatkan dengan virus lainnya.
Dari hasil analisa virus SARS diketahui bahwa genom virus Corona penyebab SARS berbeda dengan virus Corona lainnya. Perbedaan ini diketahui dengan menggunakan homology alignment dari sekuen virus
SARS. Selanjutnya, Bioinformatika juga
berfungsi untuk analisa posisi sejauh mana suatu virus berbeda dengan virus lainnya.
3.
Bioinformatika untuk
Diagnosa Penyakit Baru
Untuk menangani penyakit baru diperlukan diagnosa yang akurat sehingga
dapat dibedakan dengan penyakit lain. Diagnosa yang akurat ini sangat
diperlukan untuk pemberian obat dan perawatan yang tepat bagi pasien.
Ada
beberapa cara untuk mendiagnosa suatu penyakit, antara lain: isolasi agent penyebab penyakit tersebut dan
analisa morfologinya, deteksi antibodi yang dihasilkan dari infeksi dengan
teknik enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA),
dan deteksi gen dari agent pembawa
penyakit tersebut dengan Polymerase Chain
Reaction (PCR).
Teknik yang banyak dan lazim dipakai saat ini adalah teknik PCR. Teknik
ini sederhana, praktis dan cepat. Yang penting dalam teknik PCR adalah disain
primer untuk amplifikasi DNA, yang memerlukan data sekuen dari genom agent yang bersangkutan dan software seperti yang telah diuraikan di
atas. Disinilah Bioinformatika memainkan peranannya. Untuk agent yang mempunyai genom RNA, harus dilakukan reverse transcription (proses sintesa
DNA dari RNA) terlebih dahulu dengan
menggunakan enzim reverse transcriptase. Setelah DNA
diperoleh baru dilakukan PCR. Reverse
transcription dan PCR ini bisa dilakukan sekaligus dan biasanya dinamakan RT-PCR.
Teknik PCR ini bersifat kualitatif, oleh sebab itu sejak beberapa tahun
yang lalu dikembangkan teknik lain, yaitu Real
Time PCR yang bersifat kuantitatif. Dari hasil Real Time PCR ini bisa ditentukan kuantitas suatu agent di dalam tubuh seseorang, sehingga
bisa dievaluasi tingkat emergensinya. Pada Real
Time PCR ini selain primer diperlukan probe
yang harus didisain sesuai dengan sekuen agent yang bersangkutan. Di sini juga diperlukan software atau
program Bioinformatika.
4.
Bioinformatika untuk
Penemuan Obat
Cara untuk menemukan obat biasanya dilakukan dengan menemukan zat/senyawa
yang dapat menekan perkembangbiakan suatu agent
penyebab penyakit. Karena perkembangbiakan agent tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, maka faktor-faktor
inilah yang dijadikan target. Diantaranya adalah enzim-enzim yang diperlukan
untuk perkembangbiakan suatu agent Mula-mula
yang harus dilakukan adalah analisa struktur dan fungsi enzim-enzim tersebut.
Kemudian mencari atau mensintesa zat/senyawa yang dapat menekan fungsi dari
enzim-enzim tersebut.
Analisa struktur dan fungsi enzim ini dilakukan dengan cara mengganti
asam amino tertentu dan menguji efeknya. Analisa penggantian asam amino ini
dahulu dilakukan secara random sehingga
memerlukan waktu yang lama. Setelah Bioinformatika berkembang, data-data
protein yang sudah dianalisa bebas diakses oleh siapapun, baik data sekuen asam amino-nya seperti yang ada
di SWISS-PROT (http://www.ebi.ac.uk/swissprot/) maupun
struktur 3D-nya yang tersedia di Protein Data Bank (PDB) (http://www.rcsb.org/pdb/). Dengan database yang
tersedia ini, enzim yang baru ditemukan dapat dibandingkan sekuen asam
amino-nya, sehingga bisa diperkirakan asam amino yang berperan untuk aktivitas
(active site) dan kestabilan enzim tersebut.
Setelah asam amino yang berperan sebagai active site dan kestabilan enzim tersebut ditemukan, kemudian
dicari atau disintesa senyawa yang dapat berinteraksi dengan asam amino
tersebut. Dengan data yang ada di PDB, maka dapat dilihat struktur 3D suatu
enzim termasuk active site-nya,
sehingga bisa diperkirakan bentuk senyawa
yang akan berinteraksi dengan active
site tersebut. Dengan demikian, kita cukup mensintesa senyawa yang
diperkirakan akan berinteraksi, sehingga obat terhadap suatu penyakit akan jauh
lebih cepat ditemukan. Cara ini dinamakan “docking”
dan telah banyak digunakan oleh perusahaan farmasi
untuk penemuan obat baru.
Meskipun dengan Bioinformatika ini dapat diperkirakan senyawa yang berinteraksi dan menekan fungsi suatu enzim,
namun hasilnya harus dikonfirmasi dahulu melalui eksperimen di laboratorium.
Akan tetapi dengan Bioinformatika,
semua proses ini bisa dilakukan
lebih cepat sehingga lebih efisien baik dari segi waktu maupun finansial.
Tahun 1997, Ian Wilmut dari Roslin
Institute dan PPL Therapeutics Ltd, Edinburgh, Skotlandia, berhasil mengklon
gen manusia yang menghasilkan faktor IX (faktor pembekuan darah), dan
memasukkan ke kromosom biri-biri. Diharapkan biri-biri yang selnya mengandung
gen manusia faktor IX akan menghasilkan susu yang mengandung faktor pembekuan
darah. Jika berhasil diproduksi dalam jumlah
banyak maka faktor IX yang diisolasi dari susu harganya bisa lebih murah
untuk membantu para penderita hemofilia.
Sumber Artikel :
http://ftp.gunadarma.ac.id/pub/linux/docs/v06/Kuliah/SistemOperasi/2003/50/Bioinformatika.pdf