BAB 1
Pendahuluan
LATAR
BELAKANG
Indonesia
merupakan sebuah negara yang terletak di bagian timur dunia, negara yang bagian
pulau-pulaunya termasuk dalam garis khatulistiwa berbatasan dengan dua benua
danjuga dua samudra dikatakan oleh dunia sebagai tempat yang strategis untuk
melakukankegiatan agraris dan maritim sehingga tumbuhan-tumbuhan yang dapat
memakmurkan dapattumbuh subur disana. Karena terletak di garis khatulistiwa,
Indonesia memiliki beragam corak kebudayaan yang dimiliki oleh para penduduknya
mulai dari bagia timur sampaidengan bagian barat. Beragam kebudayaan tersebut
semakin bercorak lagi dengan kedatangan para pedagang-pedagang asing yang
datang dari Asia dan Eropa, adanyakemungkinan perubahan sosial dapat terjadi di
Indonesia, baik secara paksa ataupun kebudayaan tersebut dapat diterima oleh
masyarakat.
Setiap
masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan
sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun
dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang
telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi
berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang
menghadapinya. Berikut ini beberapa ilmuwan yang mengungkapkan tentang
batasan-batasan perubahan sosial. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan
sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik
karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi
penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam
masyarak.
·
· Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan
sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola
kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab
intern atau sebab-sebab ekstern.
· Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan
sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang memengaruhi istem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur
sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan
yang lain.
Perubahan-perubahan
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut maka
bilamana seseorang hendak membuat penelitian perlulah terlebih dahulu ditentukan
secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya dasar penelitiannya mungkin tak
akan jelas, apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu.
Uraian
berikut ini berusaha untuk menjelaskan hakekat perubahan yang terjadi dalam
kehidupan sosial manusia, implikasinya terhadap ketertiban sosial dan bagaimana
warga masyarakat yang bersangkutan berpartisipasi di dalamnya. Uraian dalam
tulisan ini akan mencakup pembahasan mengenai perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan, faktor-faktor pendorong terwujudnya perubahan sosial manusia,
proses penerimaan dan penolakan terhadap pembaruan yang terjadi dalam
masyarakat oleh warga yang bersangkutan, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan
yang berisikan antara lain sebuah kerangka dasar berkenaan dengan syarat-syarat
suatu unsur baru dapat diterima dalam suatu masyarakat.
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang
dapat kita ambil adalah :
1. .Apa
definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat dan bagaimana pendapat para
ahli tentang perubahan sosial?
2. Apa
perbedaan Pengertian Perubahan Sosial Dan Perubahan Kebudayaan ?
3. Bagaimana
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya ?
4. Apa
penyebab Terjadinya Perubahan Sosial Budaya ?
5. Apa
sajakah Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya ?
6. Bagaimana
perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya di era global dan dampaknya
bagi masyarakat ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
.Definisi
Perubahan Sosial
Perubahan
sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem
sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan
yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses
perubahan sosial biasa tediri dari tiga tahap:
1. Invensi,
yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan
2. Difusi,
yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem social.
3. Konsekuensi,
yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat
pengadopsian atau penolakan inovasi.
Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru
itu mempunyai akibat. Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah
utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi
perubahan sosial (dan Wilbert E. Maore,
Order and Change, Essay in Comparative Sosiology, New York, John Wiley &
Sons, 1967 : 3. perubahan kebudayaan) itu sendiri. Ahli-ahli sosiologi dan
antropologi telah banyak membicarakannya.
Menurut Max Weber dalam Berger (2004), bahwa, tindakan
sosial atau aksi sosial (social action)tidak bisa dipisahkan dari proses
berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku. Tindakan sosial
dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut motifnya.
(1)tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu,
(2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai tertentu,
(3) tindakan emosional, serta
(4) tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan
(tradisi).
Atkinson (1987) dan Brooten (1978),
menyatakan definisi perubahan merupakan kegiatan atau proses yang membuat
sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses
yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat
tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku,
individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang
kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus
perubahan akan dapat berguna.
Etzioni (1973) mengungkapkan bahwa,
perkembangan masyarakat seringkali dianalogikan seperti halnya proses evolusi.
suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat
dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah
berkembang dengan pesatnya. Peletak dasar pemikiran perubahan sosial sebagai
suatu bentuk “evolusi” antara lain Herbert Spencer dan August Comte. Keduanya
memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dalam
bentuk perkembangan yang linear menuju ke arah yang positif. Perubahan sosial
menurut pandangan mereka berjalan lambat namun menuju suatu bentuk
“kesempurnaan” masyarakat.
2.
Pengertian
Perubahan Sosial Dan Perubahan Kebudayaan
Ada
perbedaan pengertian antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Yang
dimaksud dengan perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan
dalam pola-pola hubungan sosial, yang antara lain mencakup, sistem status,
hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan, dan
persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan adalah
perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga
atau oleh sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, yang antara lain
mencakup, aturan-aturan atau norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam
kehidupan warga masyarakat, nilai-nilai, teknologi, selera dan rasa keindahan
atau kesenian dan bahasa.
Walaupun
perubahan sosial dibedakan dari perubahan kebudayaan, tetapi
pembahasan-pembahasan mengenai perubahan sosial tidak akan dapat mencapai suatu
pengertian yang benar tanpa harus juga mengkaitkannya dengan perubahan
kebudayaan yang terwujud dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal yang sama juga
berlaku dalam pembahasan-pembahasan mengenai perubahan kebudayaan.
Salah
satu bentuk proses perubahan sosial yang terwujud dalam masyarakat dengan
kebudayaan primitif maupun dengan kebudayaan yang kompleks atau maju, adalah
proses imitasi yang dilakukan oleh generasi yang lebih muda terhadap kebudayaan
dari generasi yang lebih tua. Proses imitasi dilakukan dengan belajar meniru,
yang belum tentu atau bahkan yang kebanyakan tidak sempurna, dari berbagai pola
tindakan generasi orang tua. Sehingga hasilnya adalah adanya perubahan yang
berjalan secara lambat dan teratur, dan yang baru terasa perubahannya setelah
dilihat dalam suatu jangka waktu yang panjang dari proses pewarisan kebudayaan
tersebut.
Proses
lain yang biasanya juga berjalan secara lambat dan teratur, yang pada umumnya
berlaku dalam masyarakat dengan kebudayaan primitif adalah hasil suatu proses
alamiah dimana jumlah dan komposisi dari generasi anak berbeda dengan jumlah
dan komposisi penduduk generasi tua dari masyarakat yang bersangkutan.
Sehingga, secara lambat dan juga biasanya tanpa disadari, berbagai pola
kelakuan, norma-norma, nilai-nilai, dan pranata-pranata telah berubah karena
sebagian dari unsur-unsur kebudayaan dan struktur sosial yang telah berlaku
harus dirubah disesuaikan dengan jumlah dan komposisi dari penduduk yang
menjadi warga dari masyarakat tersebut.
Sedangkan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang sudah maju atau kompleks
kebudayaannya daripada masyarakat dengan kebudayaan primitif yang terisolasi
kehidupannya, biasanya terwujud dengan melalui proses penemuan (discovery),
penciptaan bentuk baru (invention), dan melalui proses difusi (persebaran
unsur-unsur kebudayaan). Dengan melalui proses-proses tersebut di atas,
perubahan sosial biasanya berjalan dengan cepat. Sehingga, berbagai nilai,
norma, dan pola-pola hubungan sosial yang tadinya berlaku pada generasi
sebelumnya dalam masyarakat tersebut bisa tidak berlaku lagi dan diganti oleh
yang lainnya.
Penemuan
(discovery) adalah suatu bentuk penemuan baru yang berupa persepsi mengenai
hakekat sesuatu gejala atau hakekat mengenai hubungan antara dua gejala atau
lebih. Suatu penemuan (discovery) mengenai bentuk bumi yang bulat dan bukannya
datar, telah menyebabkan adanya berbagai kegiatan yang berkenaan dengan itu
yang mewujudkan adanya perubahan sosial pada masyarakat-masyarakat di Eropa
Barat pada abad ke-16. Perubahan sosial tersebut telah terjadi karena adanya
usaha-usaha untuk melayari bumi tanpa harus takut untuk sampai ke ujung dunia
yang tidak berujung pangkal, sebagaimana disangkakan semula, guna mencari
rempah-rempah dan benda-benda berharga lainnya.
Sedangkan
ciptaan baru (invention) adalah suatu pembuatan bentuk baru yang berupa benda
atau pengetahuan yang dilakukan dengan melalui proses penciptaan yang
didasarkan atas pengkombinasian dari pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada
mengenai benda dan gejala. Contohnya, sepotong kayu yang berbentuk seperti
tongkat dan sebuah batu hitam adalah dua benda alamiah. Kedua benda ini kalau
dihubungkan satu dengan lainnya dapat menjadi sebuah tugal atau alat untuk
melubangi tanah guna menaruh biji-bijian yang ditanam di ladang. Caranya adalah
dengan pengkombinasian pengetahuan mengenai perlunya ujung tongkat yang tajam
untuk melubangi tanah dan batu hitam yang keras permukaannya, dan bahwa
penajaman ujung kayu dapat dilakukan dengan cara mengasahkannya pada permukaan
benda yang keras dan kasar, dan bahwa batu hitam yang keras dan kasar tersebut
dapat digunakan untuk mengasah tongkat kayu sehingga tajam ujungnya; dan
menghasilkan alat yang namanya tugal.
Perubahan-perubahan
yang terwujud karena inovasi (inovasi adalah istilah yang dipakai untuk
pengertian baik untuk discovery maupun untuk invention) dan karena difusi dari
inovasi telah dipercepat lagi prosesnya oleh kekuatan-kekuatan teknologi,
industrialisasi, dan urbanisasi. Ketiga-tiganya secara bersama-sama
menghasilkan proses modernisasi dalam masyarakat yang bersangkutan. Teknologi
modern, secara disadari atau tidak oleh para warga masyarakat yang
bersangkutan, telah menciptakan keinginan- keinginan dan impian-impian baru
berkenaan dengan kehidupan yang ingin dijalani (yaitu berupa memperoleh
berbagai peralatan yang serba modern dan luks secara lebih banyak dan lebih
baik daripada yang sudah dipunyai, kondisi kehidupan yang lebih nyaman dan
nikmat), dan memberikan jalan-jalan yang dapat memungkinkan dilaksanakannya
usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat.
Teknologi
secara langsung berkaitan dengan industrialisasi. Industrialisasi dan
mesinisasi cenderung merubah dasar-dasar atau hakekat pengertian kebendaan atau
materi yang ada dalam masyarakat, dan secara tidak langsung mempercepat proses
perubahan pengorganisasian berbagai kegiatan sosial yang ada dalam masyarakat.
Dari contoh pemasukkan traktor di pulau Bali tersebut di atas, jika sekiranya
traktor tersebar di pedesaan dan mekanisasi atau mesinisasi pertanian berjalan
sebagaimana yang direncanakan, maka berbagai sarana harus disediakan untuk menunjang
unsur traktor tersebut. Sarana-sarana ini antara lain, bahan bakar untuk
traktor, spare parts, bengkel-bengkel, montir-montir dan disamping itu juga
matinya usaha pemeliharaan sapi, matinya kegiatan gotong royong dalam
pertanian, dan mengganggunya buruh-buruh tani yang biasa menyediakan tenaga
kasar mereka di bidang pertanian.
Teknologi
dan industrialisasi langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap
terwujudnya proses urbanisasi. Urbanisasi yang disatu pihak dilihat sebagai
cara hidup kota dan dipihak yang lain dilihat sebagai perpindahan penduduk dari
desa ke kota secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh adanya
kemajuan teknologi dan industrialisasi. Dari contoh orang Bali tersebut di
atas, para buruh tani yang telah tidak mempunyai pekerjaan di desa terpaksa
harus meninggalkan desanya mencari pekerjaan di tempat-tempat dimana kesempatan
untuk bekerja masih ada. Kesempatan bekerja yang kemungkinan terbesar masih ada
adalah di kota, karena di kota mata pencaharian tidak didasarkan pada mengolah
lingkungan alam untuk memperoleh bahan mentah, tetapi berdasarkan atas jasa.
Perubahan mata pencaharian dari mengolah alam kepada jasa dimungkinkan oleh
tingkat perkembangan teknologi dan industrialisasi.
Proses
urbanisasi juga menyebabkan adanya percepatan proses perubahan dalam
masyarakat, baik yang ditinggalkan maupun yang didatangi, yang juga mewujudkan
adanya proses penataan kehidupan sosial kembali oleh mereka yang menjadi warga
masyarakat yang bersangkutan. Orang-orang desa yang datang ke kota yang
biasanya hidup dalam berbagai peraturan adat yang ketat berkenaan dengan
masalah moral, dapat berubah dan menerima norma-norma yang longgar berkenaan
dengan masalah moral ini mengakibatkan adanya berbagai masalah keluarga dan sosial
di antara mereka.
3. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk berikut ini yaitu :
a)
Perubahan
lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan
lambat di sebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha
masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan
kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh
perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat
pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat
mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah
menjadi kompleks. Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan
sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya
konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit
dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya
proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu.
Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung
terciptanya revolusi yaitu :
a) Ada
keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b) Adanya
seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c) Harus
bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi
d) Harus
ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepadarakyat.
e) Kemampuan
pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas
masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan
arah gerakan revolusi.
b.
Perubahan
Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan
kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh
perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.
Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur
struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi
masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak
industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
c.
Perubahan
yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau
Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang
direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan
terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat.
Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem social.
·
Contoh perubahan yang dikehendaki adalah
pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan
tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan
yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang
terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.
·Contoh
perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya
berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde
Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
4.
Sebab-Sebab
Terjadinya Perubahan Sosial Budaya
Perubahan
sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab
yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
Adapun sebab-sebab terjadinya perubahan sosial budaya terbagi menjadi dua,
yaitu :
a.Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam
Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab
perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern) yaitu :
a) Dinamika
penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
b) Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan
dari bentuk penemuan lama (invention).
c) Munculnya
berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
d) Terjadinya
pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu
menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan
perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam
keluarga.
b.Sebab-Sebab
yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan
sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal
dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari
luar masyarakat.
a)
Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini
terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah
kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru,
maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang
baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada
struktur dan pola kelembagaannya.
b)
Adanya peperangan, baik perang saudara maupun
perang antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang
biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang
kalah.
c)
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika
pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut
demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka
disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih
tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun
unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur
kebudayaan baru tersebut.
E.Faktor
Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
a.Faktor-Faktor Pendorong
Perubahan Sosial Budaya
1) Adanya
Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak
dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu
menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru
tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara
budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan
suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
2) Sistem
Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan
memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan
mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan
memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya
dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
3) Sikap
Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil
karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi,
sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
4) Toleransi
terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh
tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal
terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan
agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
5) Sistem
Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Sistem terbuka memungkinkan
adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota
masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu
untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
6) Heterogenitas
Penduduk
Di dalam masyarakat
heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda
akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial.
Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam
masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
7) Ketidakpuasan
Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan
yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya.
8) Nilai
Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu
dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas.
b.Faktor-Faktor
Penghambat Perubahan
1. Kurangnya
Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan
terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui
perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola
pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis.
2.
Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi
ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup,
contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama
berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
3.
Sikap Masyarakat yang Masih Sangat
Tradisional
Sikap
yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit
menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang
bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
4.
Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada
Integritas Kebudayaan
Integrasi
kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini
dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap
mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
5.
e)Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah
Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest Interest)
Organisasi
sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya
perubahan. Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya
akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan
terhambatnya proses perubahan.
6.
Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap
Hal Baru (Asing)
Sikap
yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa
lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari
Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan,
sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.
7. Hambatan-Hambatan
yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada
unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang
berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat tersebut.
8. adat
atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat
atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya
sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin
dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat
masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi
tidak akan digunakan.
9. Nilai
Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Buruk dan Tidak Mungkin
Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat cenderung
menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh
Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan
kehidupan manusia.
5. Tipe-Tipe
Perubahan
Dalam pandangan awan setiap perubahan yang terjadi pada
masyarakat disebut dengan perubahan sosial. Apakah perubahan itu mengenai
pakaian, alat transportasi, pertambahan penduduk, ataupun tingkah laku anak
muda. Pada beberapa pemikir terdapat tiga tipe perubahan yaitu: perubahan
peradaban, perubahan, budaya dan perubahan sosial.
a.Perubahan
peradaban
Perubahan adalah keniscayaan, dan
perubahan ke arah yang lebih baik tentunya merupakan hasrat dari setiap individu maupun organisasi. Keharusan
sejarah, kita semua terus menerus berhadapan dengan sejarah perkembangan
peradaban bangsa yang bergerak ke depan dan tak pernah balik. Gordon Childe
seorang arkeolog, mendefinisikan peradaban sebagai suatu transformasi
elemen-elemen budaya manusia, yang berarti transformasi dalam penguasaan tulis-menulis,
metalurgi, bangunan arsitektur monumental, perdagangan jarak jauh, standar
pengukuran panjang dan berat, ilmu hitung, alat angkut, cabang-cabang seni dan
para senimannya, surplus produksi, system pertukaran atau barter dan penggunaan
bajak atau alat bercocok tanam lainnya.
Bila kita amati secara lebih mendasar
lagi, tingkat peradaban manusia terekspresikan dalam tiga indikator utama yaitu
bahasa, budaya (segala bentuk dan ragam seni, ilmu pengetahuan dan teknologi)
dan agama. Selanjutnya, ketiganya menjadi ciri suatu ras atau bangsa tertentu,
beserta suku-sukunya dalam perwilayahan geografisnya masing-masing. Akan tetapi
dalam memaknai perubahan peradaban kita harus berpedoman bahwa tidak semua yang
kontemporer itu baik dan sebaliknya tidak semua yang lama itu usang dan tidak
relevan dengan kehidupan saat ini. Dalam kacamata budaya, bangsa yang besar
belajar untuk mengganti apa yang buruk dari budayanya, dan menjaga hal yang
baik dari budayanya.
Perubahan peradaban yang dimaksud
pada alinea sebelumnya, prosesnya harus didesain dengan kesadaran, kesengajaan,
kebersamaan, dan komitmen, yang didasarkan atas nilai-nilai kehidupan yang
benar. Selanjutnya melalui pendidikanlah, kita dapat berharap wujudnya yaitu
dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan yang cerdas inilah yang patut
menjadi dasar sebuah peradaban yang kokoh dan sehat. Pendidikan adalah syarat
mutlak berkembangya peradaban. Tanpa pendidikan yang memadai, tidak aka nada
SDM yang mampu membawa perubahan peradaban ke arah yang lebih baik.
Melalui fungsi pendidikan dalam
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka akan lahirlah
generasi yang mampu melaksanakan prinsip how to change the world (bagaimana
mengubah dunia) bukan hanya how to see the world (bagaimana melihat dunia). Dan
juga, how to lead the change (bagaimana memimpin perubahan), dan bukan hanya
how to follow the change (bagaimana ikut dalam perubahan). Oleh karena itu,
output pendidikan harus diarahkan menjadi agen perubahan (agent of change). Di
sinilah peran pendidikan, di dalam rangka merekat keutuhan dan kesatuan bangsa,
menjadi amat sangat menentukan.
Perubahan peradaban biasanya dikaitkan dengan
perubahn-perubahan elemen atau aspek yang lebih bersifat fisik, seperti
transportasi, persenjataan, jenis-jenis bibit unggul yang ditemukan, dan
sebagainya. Perubahan budaya berhubungan dengan perubahan yang bersifat rohani
seperti keyakinan, nilai, pengetahuan, ritual, apresiasi seni, dan sebagainya.
Sedangkan perubahan sosial terbatas pada aspek-aspek hubuingan sosial dan
keseimbangannya. Meskipun begitu perlu disadari bahwa sesuatu perubahan di
masyarakat selamanya memiliki mata rantai diantaranya elemen yang satu dan
eleman yang lain dipengaruhi oleh elemen yang lainnya.
b.Perubahan
kebudayaan
Pengertian perubahan kebudayaan
adalah suatu keadaan dalam masyarakat
yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang
saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi
kehidupan.
Contoh : Masuknya mekanisme pertanian
mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti
teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik
penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan
pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah
satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan
gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup
semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan
perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan
kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya
6. Perilaku
Masyarakat Dalam Perubahan Sosial Budaya Di Era Global
1. Bagian-bagian
perubahan sosial budaya dalam era global
a)Modernisasi
Modernisasi adalah suatu
proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat
di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan
bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke
cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup
masyarakat. Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya
merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan
sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau
negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah
didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan
dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau
modern.
Di Indonesia, bentuk-bentuk
modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, baik
dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun sosial budayanya. Salah satu
bentuk modernisasi di bidang pertanian adalah dengan adanya teknik-teknik
pengolahan lahan yang baru dengan menggunakan mesin-mesin, pupuk dan
obat-obatan, irigasi teknis, varietas-varietas unggulan baru, pemanenan serta
penanganannya, dan sebagainya. Semua itu merupakan hasil dari adanya modernisasi.
Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi banyak disalahartikan sehingga sisi
moralnya terlupakan. Banyak orang yang menganggap modernisasi hanya sebatas
pada suatu kebebasan yang bersifat keduniawian. Tidak mengherankan juga bila
banyak anggota masyarakat yang salah melangkah dalam menyikapi atau memahami
tentang konsep modernisasi.
Untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dan
kesalahan pemahaman tentang modernisasi, maka secara garis besar istilah modern
dapat diartikan berikut ini.
1. Modern berarti kemajuan yang rasional dalam segala
bidang dan meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan
merata.
2.
Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup. Agar modernisasi (sebagai suatu proses)
tidak mengarah ke angan-angan belaka, maka modernisasi harus mampu
memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat sekarang ke arah
waktu-waktu yang akan datang.
Proses modernisasi tidak serta merta terjadi dengan
sendirinya. Modernisasi dapat terjadi apabila ada syarat-syarat berikut ini.
1. Cara
berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat.
2. Sistem
administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
3. Adanya
sistem pengumpulan data yang baik dan teratur.
4. Penciptaan
iklim yang menyenangkan dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5. Tingkat
organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6. Sentralisasi
wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Hal yang harus kalian pahami
adalah bahwa modernisasi berbeda dengan westernisasi. Jika modernisasi adalah
suatu bentuk proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang
lebih maju; westernisasi adalah proses peniruan oleh suatu masyarakat atau
negara terhadap kebudayaan dari negara-negara Barat yang dianggap lebih baik
dari budaya daerahnya.
Berdasarkan hal tersebut, pengertian
modernisasi lebih baik daripada westernisasi. Akan tetapi, bersamaan dengan
proses modernisasi biasanya juga terjadi proses westernisasi, karena
perkembangan masyarakat modern itu pada umumnya terjadi di dalam kebudayaan
Barat yang tersaji dalam kemasan Barat pula.
b)Globalisasi
Istilah globalisasi berasal dari kata
global atau globe (globe = bola dunia; global = mendunia). Berdasarkan akar
katanya tersebut, dapat diartikan globalisasi sebagai suatu proses masuk ke
lingkungan dunia. Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia
telah memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan
cepat, teknik dan jasa telekomunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi
radio dan satelit ini telah berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan
menjadi vital dalam berbagai aspek kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di
dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak semata-mata untuk usaha hiburan, namun
berkembang secara meluas dan digunakan dalam teknologi pertelevisian,
komunikasi, komputer, analisis cuaca, hingga penggunaan untuk survei sumber
daya alam. Contoh paling mudah adanya pengaruh globalisasi adalah adanya siaran
langsung televisi antarnegara. Hal-hal yang sedang terjadi di negara lain,
misalnya final Piala Dunia di Jerman dapat kita ketahui pada saat yang
bersamaan. Dalam hal ini definisi berita yang biasanya diartikan sebagai suatu
peristiwa yang telah terjadi berubah menjadi suatu peristiwa yang sedang
terjadi. Contoh lain adalah internet.
Internet merupakan hasil penggabungan
kemajuan teknologi komputer dengan kemajuan teknologi komunikasi yang dianggap
sebagai bentuk revolusi di kedua bidang tersebut. Dengan kemampuan pembaruan
data yang cepat, internet berkembang sebagai “jendela dunia” yang up to date.
Melalui internet, banyak kemudahan yang dapat kalian peroleh tanpa harus
berurusan dengan birokrasi antarnegara. Pengiriman surat, data, atau
dokumen-dokumen penting ke berbagai penjuru dunia dapat dilakukan dalam
hitungan detik. Bebas, terbuka, langsung, dan tanpa mengenal batas negara
merupakan ciri era komunikasi global. Semua kalangan bisa berhubungan dengan
jaringan internet, termasuk di dalamnya jaringan-jaringan yang tidak layak atau
menyesatkan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Kondisi tersebut
hanya sebagian kecil contoh globalisasi. Artinya, hubungan antarmanusia tidak
lagi dibatasi aturan atau wilayah negaranya saja, namun mulai mengikuti aturan
internasional yang berkembang di dunia.
Adanya hubungan yang mendunia ini dipengaruhi oleh adanya
saluran-saluran pendukung proses globalisasi berikut ini.
1. Saluran
pergaulan; adanya kontak kebudayaan dan saling mengunjungi antarwarga negara
akan memudahkan seseorang mempelajari dan mengerti kebudayaan asing. Bentuk
pertukaran pelajar, home stay, pertukaran misi kebudayaan, penyerapan tenaga
kerja asing, dan sebagainya membuat seseorang tidak hanya tinggal di negara
lain, tetapi secara sadar atau tidak ia akan menyerap kebiasaan dan pola
kehidupan masyarakat setempat.
2. Saluran
teknologi; berbagai peralatan teknologi merupakan saluran globalisasi yang
membawa pengaruh yang sangat besar. Seperti telah diungkapkan sedikit pada
bagian awal, saluran teknologi ternyata memiliki potensi perubahan yang sangat
besar bagi masyarakat penggunanya.
3. Saluran
ekonomi; produk-produk baru dapat dengan cepat diinformasikan pada konsumen.
Hal ini akan mempercepat pola penawaran dan permintaan di pasar. Bahkan, saat
ini sistem bisnis melalui multimedia sudah banyak dilaku-kan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia, misalnya dengan cara telemarketing, baik
melalui pesawat telepon maupun internet. Kekayaan dan utang suatu negara dapat
diketahui dan dibandingkan dengan kondisi di negara lain, sehingga hampir tidak
ada rahasia yang dapat tertutup rapat.
4. Saluran
media hiburan; produk-produk hiburan seperti film , lagu, dan berbagai jenis
produk permainan/games yang beredar dapat memengaruhi mental masyarakat. Sektor
ini perlu diwaspadai dalam upaya pembinaan dan perlindungan generasi muda dari
degradasi moral.
2. Dampak
Modernisasi dan Globalisasi
a)Tanggapan
dan Kecenderungan Perilaku Masyarakat terhadap Modernisasi dan Globalisasi
Saat memasuki era milenium
ketiga ini, tampaknya arus modernisasi dan globalisasi tidak akan dapat
dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupannya.
Menolak dan menghindari modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan
mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan
menyulitkan negara tersebut dalam menjalin hubungan dengan negara lain.
Berbagai tanggapan dan
kecenderungan perilaku masyarakat dalam menghadapi arus modernisasi dan
globalisasi. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap
negatif berikut ini.
a.Sikap
Positif
Sikap positif menunjukkan
bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap
positif mengandung unsur-unsur sebagai berikut.
·Penerimaan secara terbuka
(open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima
pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih
dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih
mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.
·Mengembangkan sikap
antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka.
Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah
kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau
sedang terjadi kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap
antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus
globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi,
maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan
pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
· Adaptif,
sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap
adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan
modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan
bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.
· Tidak
meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah
perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan
menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat
kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun
dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur
budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu negara yang
modern dan maju, namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai
masyarakat Jepang.
b.Sikap Negatif
Berbeda dari sikap positif yang
menerima terjadinya perubahan akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap
negatif menunjukkan bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan
globalisasi. Sikap negatif mengandung unsur-unsur berikut ini.
· Tertutup
dan was-was (apatis); sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang telah
merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga mereka
merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman.
Sikap seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great Wall-nya.
Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik, karena sikap ini akan
menjauhkan diri dari kemajuan dan perkembangan dunia, kondisi ini akan
menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring
dengan kemajuan zaman.
· Acuh tah
acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat awam yang kurang
memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada
umumnya tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh
modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya memercayakan sepenuhnya pada
kebijakan pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap
ini cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif.
·Kurang selektif dalam menyikapi
perubahan modernisasi; sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk
hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala
bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak semua
bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau
suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya filter atau
kurang selektif, maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan
semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat
tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi
yang kurang terkontrol.
b.Akibat
Modernisasi dan Globalisasi terhadap Budaya Indonesia
Suatu
kemajuan akan menghasilkan dampak positif dan negatif. Hal ini harus dapat
kalian sadari betul agar dapat meminimalkan dampak negatif yang merugikan serta
memaksimalkan dampak positif yang menguntungkan.
a.Akibat positif
globalisasi
· Semakin dipercayanya kebudayaan Indonesia; dengan adanya
internet, kalian bisa mengetahui kebudayaan-kebudayaan bangsa lain, sehingga
dapat dibandingkan ragam kebudayaan antarnegara, bahkan dapat terjadi adanya
akulturasi budaya yang akan semakin memperkaya kebudayaan bangsa. Dengan
memperbandingkan itu pula kalian dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
budaya Indonesia bila dibandingkan dengan kebudayaan bangsa-bangsa lain.
· Ragam kebudayaan dan kekayaan alam negara Indonesia lebih
dikenal dunia; dulu mungkin masyarakat Eropa hanya mengenal Bali sebagai objek
wisata di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi,
masyarakat Eropa mulai mengenal keindahan alam Danau Toba di Sumatra Utara,
panorama Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara, keaslian alam Perairan Raja
Ampat di Papua, kelembutan tari Bedoyo Ketawang dari Solo (Jawa Tengah),
keanggunan tari Persembahan dari Sumatra Barat, atau kemeriahan tari Perang
dari suku Nias di Sumatra Utara.
b.Akibat
Negatif Globalisasi
· Munculnya guncangan kebudayaan (cultural shock); guncangan
budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut karena melihat adanya
perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi muda. Cultural Shock dapat
diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda sehingga
menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya seringkali ditanggapi oleh
masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang belum siap menerima
perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul goncangan (shock) dalam
kehidupan sosial dan budayanya yang mengakibatkan seorang individu menjadi
tertinggal atau frustasi. Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu
keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Contoh: di era
globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja
kemewahan), pola hidup konsumtif sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup
para remaja kita. Bagi individu atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat
menyesuaikan pada pola pergaulan tersebut, mereka akan menarik diri dari
pergaulan atau bahkan ada yang frustasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh
diri atau perilaku penyimpangan yang lain.
· Munculnya
ketimpangan kebudayaan (cultural lag); kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur
kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan
berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan.
Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran dibandingkan
pesatnya perkembangan teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat
yang sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini
diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin tinggi.
Contoh: Akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengkonversi bahan bakar minyak
menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun
berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan
keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebayakan menolak konversi
tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan budaya (cultural
lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan perkembangan
kemajuan teknologi.
BAB III
DAFTAR
PUSTAKA
Kurnia Tiruli. 2012. Bab 5 perubahan sosial dalam
masyarakat.
http://kurnia-geografi.blogspot.com/2012/08/bab-5-perubahan-sosial-dalam-masyarakat.html.
di akses tanggal 13 mei 2013.
Pandukawula. 2011. Sosial Budaya dan Masyarakat.
http://pandukawula.blogspot.com/2011/10/sosial-budaya-dan-masyarakat.html. di
akses pada tanggal 13 mei 2013
Mufrizalrizki. 2013. Makalh Perubahan Sosial Budaya.
Mufrizalrizki.blogspot.com. di akses pada tanggal 13 mei 2013-05-13.
Ezzat. 2011. perilaku masyarakat dalam perubahan sosial
budaya di era global.
http://gadodabis.blogspot.com/2011/09/perilaku-masyarakat-dalam-perubahan.html
di akses pada tanggal 13 mei 2013
Roni Fardiansyah. 2013 PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-perubahan-sosial-budaya.html
di akses pada tanggal 13 mei 2013.
http://www.kompasiana.com/inthand/konsep-perubahan-sosial-budaya-dalam-masyarakat_552a86e76ea8346218552d34